Laporan International Crisis Group, Rabu (20/4/2011), menyebutkan, ekstremisme yang melibatkan kekerasan berangsur-angsur berubah bentuk jadi kelompok-kelompok kecil yang bertindak terlepas dari organisasi jihad besar. Namun kelompok-kelompok tersebut masih didukung oleh kelompok besar.
Disebutkan juga dalam laporan tersebut bahwa perubahan ini juga merupakan dampak dari pergeseran ideologi yang sekarang lebih condong ke aksi jihad yang bersifat “individual” dibandingkan “organisasional”, berbiaya rendah dan sasaran pembunuhannya berskala kecil daripada sebelumnya.
Ilustrasi (Foto: hzzim.blogdetik.com)
Bom bunuh diri yang terjadi di Masjid Mapolresta Cirebon dan serangkaian bom buku yang dikirim dan beredar di Jakarta, menjadi penanda pergeseran ideologi ini. Karena itu pemerintah diminta segera menyusun strategi-strategi pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kelompok-kelompok semacam ini semakin menjamur.
Orang-orang yang menyokong jihad “organisasional” percaya bahwa mereka tidak akan bisa mencapai cita-cita mereka mendirikan negara Islam tanpa organisasi besar serta pemimpin yang kuat. Karena itu mereka menganggap penting sekali untuk membangun dukungan publik.
Daripada terlibat dalam aksi terorisme, kelompok-kelompok seperti JI dan JAT saat ini fokus pada upaya membangun sebuah basis massa, dengan mencari isu-isu yang dekat dengan target dakwah mereka.
Semakin lama, hal ini akan membuat mereka fokus pada “musuh-musuh” lokal daripada asing, dengan sasaran para pejabat yang dilihat sebagai penindas, terutama polisi, kaum Nasrani, dan anggota aliran Ahmadiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar